Vào bulan Desember 2024, Theerathon Bunmathan – pemain sepak bola asal Thailand – menciptakan kehebohan setelah melakukan tindakan tidak pantas dalam pertandingan antara Buriram United (Thailand) dan Johor Darul Tazim (Malaysia) di AFC Champions League Elite. Peristiwa ini tidak hanya merusak citra pribadinya tetapi juga memicu kontroversi di komunitas sepak bola Asia Tenggara.
Theerathon Bunmathan tertangkap tangan melakukan tindakan menekan bagian vital lawan di lapangan.
Tindakan Tak Olahraga yang Memancing Amarah
Kejadian yang menonjol terjadi di akhir babak pertama, ketika Theerathon Bunmathan jatuh ke tanah dan didorong bangkit oleh pemain Arif Aiman dari tim Johor Darul Tazim. Namun, saat berdiri, bek kelahiran 1990 itu secara tiba-tiba melakukan tindakan kurang terkendali: menekan bagian vital Arif Aiman. Pemain Malaysia itu segera terkulai kesakitan, memaksa wasit untuk turun tangan.
Setelah memeriksa situasi melalui VAR, wasit utama mengambil keputusan untuk memberikan kartu merah langsung kepada Theerathon Bunmathan. Ini adalah sanksi yang sangat rasional, mencerminkan tingkat keparahan tindakan kekerasan tersebut di atas lapangan.
Keputusan Disiplin dari AFC
Pada tanggal 16 Januari 2025, Komite Disiplin AFC mengumumkan sanksi tambahan bagi Theerathon Bunmathan. Menurut keputusan, pemain ini akan diberhentikan selama 3 pertandingan dan harus membayar denda sebesar 2.000 USD (sekitar 50 juta rupiah). AFC menegaskan bahwa ini adalah tindakan “tidak olahraga” yang bertentangan dengan semangat fair-play dalam sepak bola.
Dengan sanksi ini, Theerathon Bunmathan akan absen dalam dua pertandingan terakhir putaran grup AFC Champions League Elite melawan Ulsan HD FC (12 Februari) dan Gwangju FC (18 Februari). Jika Buriram United berhasil lolos, dia juga akan absen dalam pertandingan putaran 16 besar. Jika timnya tersingkir, sanksi tersebut akan diterapkan pada musim berikutnya.
Pernyataan resmi tentang sanksi dari AFC terhadap Theerathon Bunmathan.
Gaya Bermain Curang dan Sebutan “Raja Elbow”
Theerathon Bunmathan dikenal sebagai salah satu pemain terbaik Thailand, pernah memenangkan gelar juara J.League bersama klub Yokohama F. Marinos pada tahun 2019. Namun, meskipun memiliki bakat, dia sering kali dikritik karena gaya bermain curang dan perilaku tidak pantas di lapangan.
Khususnya, julukan “Raja Elbow” yang diberikan oleh para pendukung Asia Tenggara telah menjadi penghalang besar dalam karier sang pemain berusia 34 tahun. Kasus kali ini semakin memperkuat polemik tentang cara dia bertindak dalam pertandingan bergengsi.
Selain itu, keputusan Buriram United untuk tidak melepaskan Theerathon Bunmathan untuk AFF Cup 2024 juga merupakan kerugian besar bagi tim nasional Thailand. Dia dianggap sebagai pemain inti “Elephant Warriors,” namun absennya mempengaruhi kekuatan tim.
Kesimpulan
Tindakan tak olahraga Theerathon Bunmathan tidak hanya membuatnya menerima sanksi berat dari AFC tetapi juga merusak citra dirinya dan sepak bola Thailand. Ini mengingatkan para pemain bahwa, meskipun memiliki talenta, menjaga integritas dan semangat fair-play selalu menjadi faktor utama dalam olahraga. Mari kita tunggu apakah Theerathon akan belajar dari insiden ini untuk meningkatkan citranya di masa depan.
Sumber referensi: dantri.com.vn