Ceu 88 Tahun Bertahan Belajar Menulis untuk Kirim Surat Cinta ke Istrinya

Cụ ông 88 tuổi kiên trì học chữ suốt 6 năm để viết thư tình gửi vợ

Pak Nishihata Tamotsu, seorang pria Jepang yang lahir pada tahun 1936 di prefektur Wakayama, telah mengalami masa kecil yang sulit dalam keluarga miskin. Karena situasi sulit, ia harus berhenti sekolah saat masih duduk di awal SD dan tumbuh tanpa bisa membaca atau menulis. Namun, perjalanan melewati kesulitan ini untuk menjadi seorang yang percaya diri dan bahagia adalah sebuah kisah inspiratif yang kuat.

Ceu 88 tahun bertahan belajar menulis selama 6 tahun untuk mengirim surat cinta ke istriCeu 88 tahun bertahan belajar menulis selama 6 tahun untuk mengirim surat cinta ke istri
Ceu Nishihata (di tengah) berinteraksi dengan penonton di acara pemutaran film (Foto: Yahoo Japan).

Perjalanan Mengatasi Kesulitan

Kekurangan pengetahuan dasar membuat Pak Nishihata selalu merasa minder: “Jika tidak tahu huruf, aku bukanlah seorang manusia yang diakui.” Hal ini sangat mempengaruhi kehidupan dan pekerjaannya. Tanpa bisa membaca atau menulis, ia sering kali harus berganti pekerjaan untuk mencari nafkah. Beruntung, sebuah restoran sushi di kota Nara memberikan kesempatan bagi dia bekerja.

Pada usia 35 tahun, ia bertemu dengan Nyonya Kyoko – wanita yang membantu membangun keluarga bahagia bersamanya. Mereka menikah dan memiliki dua anak. Awalnya, ia menyembunyikan fakta bahwa dirinya buta huruf, tetapi ketika Nyonya Kyoko mengetahui, dia tidak mengeluh melainkan mendukung dengan penuh kasih: “Pasti kamu sudah sangat berjuang. Ayo kita berusaha bersama.”

Mendapatkan dukungan dari istrinya, Pak Nishihata memutuskan untuk mengubah hidupnya dengan mendaftar ke kelas malam di Sekolah Menengah Kasuga, kota Nara, pada usia 64 tahun. Tempat ini didedikasikan untuk mereka yang belum pernah memiliki kesempatan untuk belajar karena berbagai alasan.

Tantangan dan Prestasi

Belajar membaca dan menulis seperti anak kecil bagi seorang lansia seperti Pak Nishihata tidaklah mudah. Namun, dengan tekad yang kuat, ia berusaha setiap hari untuk meningkatkan kemampuannya. Dia berbagi dengan penuh emosi: “Sebelumnya, setiap kali harus menandatangani di kantor, istriku selalu yang menandatangani. Oleh karena itu, ketika pertama kali berhasil menulis nama sendiri, aku benar-benar bahagia.”

Pada malam Natal saat usianya 71 tahun, ia menulis surat cinta pertama untuk Nyonya Kyoko setelah 35 tahun bersama. Dalam surat tersebut, ia menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam: “Terima kasih karena ada kamu, aku baru bisa memiliki hari ini. Kamu telah membantu aku menjadi seorang manusia yang berdiri tegak, hal itu membuatku sangat bahagia.”

Namun, tragedi terjadi ketika ia bersiap mengirim surat keempat. Nyonya Kyoko tiba-tiba tiada karena serangan jantung tepat pada malam Natal tahun 2014. Kehilangan beliau meninggalkan kekosongan besar di hatinya, namun juga menjadi sumber dorongan untuk terus belajar dan menceritakan kisahnya.

Kisah Inspiratif

Dengan gerak hati yang luar biasa, sutradara Tsukamoto Renpei mengadaptasi kisahnya menjadi sebuah film. Film ini menceritakan perjalanan seorang pria berusia 64 tahun yang mulai belajar membaca dan menulis untuk menulis surat cinta kepada istrinya. Film ini dijadwalkan tayang pada bulan Maret mendatang. Ini bukan hanya cerita tentang cinta, tetapi juga bukti kekuatan tekad dan keteguhan.

Kesimpulan

Kisah Pak Nishihata Tamotsu mengingatkan kita bahwa tidak pernah terlambat untuk belajar dan mengubah hidup. Meskipun menghadapi banyak tantangan, dia tetap berusaha keras mencapai tujuan dan mencapai hal-hal yang dianggap mustahil. Semoga kisahnya dapat menginspirasi Anda dalam pencarian pengetahuan dan kebahagiaan.

Sumber: Dân Trí

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *