“Seperti bambu, tertekuk tapi tidak patah, U22 Vietnam bertahan di tengah kesulitan dan menciptakan comeback klasik melawan U22 Thailand,” demikian komentar di surat kabar 163 (Tiongkok) yang memuji kemenangan 3-2 U22 Vietnam atas U22 Thailand. Meskipun tertinggal 0-2 di babak pertama, pasukan pelatih Kim Sang Sik tetap berhasil mencetak 3 gol ke gawang “tim Gajah Perang” untuk meraih medali Emas (HCV) SEA Games yang sangat pantas.
Surat kabar 163 menyatakan kekagumannya atas kemenangan U22 Vietnam. Mereka berpendapat bahwa U22 Tiongkok dapat belajar banyak dari pasukan pelatih Kim Sang Sik.
Penulis menulis: “Ketika peluit akhir final SEA Games ke-33 dibunyikan, para pemain U22 Vietnam larut dalam kegembiraan kemenangan. Final yang dramatis ini bukan hanya gambaran dari puncak konfrontasi sepak bola Asia Tenggara, tetapi juga cerminan dari situasi persaingan sengit sepak bola muda di kawasan tersebut.
Pertandingan ini akan menjadi pelajaran besar bagi U22 Tiongkok, menjelang Piala Asia U23 pada Januari 2026.
Jalannya pertandingan seperti drama yang mendebarkan. Dalam 90 menit waktu normal, U22 Vietnam dan U22 Thailand menunjukkan sepenuhnya kemampuan serta identitas taktis mereka.
U22 Thailand, dengan teknik individu yang cermat dan koordinasi umpan pendek yang mulus, sempat mendominasi permainan, sementara U22 Vietnam membalas dengan sistem pertahanan yang gigih dan serangan balik cepat yang tajam. Skor terus saling berkejaran, dua kali imbang, para pemain kedua tim berebut setiap meter persegi di lapangan, mendorong suasana tegang pertandingan hingga puncaknya.
Ketika pertandingan harus memasuki perpanjangan waktu yang sengit, kebugaran fisik dan kemauan menjadi faktor penentu kemenangan. Akhirnya, U22 Vietnam berhasil memanfaatkan momen rapuh, mencetak “gol emas” yang menentukan, mengakhiri pertandingan dengan kemenangan yang sangat dramatis dan meraih puncak kejayaan di kawasan.
Tingkat kesengitan final ini jelas membuktikan perkembangan pesat sepak bola muda Asia Tenggara. U22 Vietnam dan U22 Thailand adalah dua kekuatan utama sepak bola di kawasan Asia Tenggara. Mereka memiliki sistem taktis yang relatif lengkap dan kapasitas individu pemain yang kuat.
Perlu dicatat, U22 Vietnam dan U22 Thailand keduanya pernah berhadapan langsung dengan U22 Tiongkok dalam beberapa waktu terakhir. Hasil pertandingan kedua tim ini memiliki arti penting dalam mengevaluasi daya saing U22 Tiongkok.
Melihat kembali pertandingan persahabatan sebelumnya, performa U22 Tiongkok bisa dibilang memuaskan. Dalam dua pertandingan melawan U22 Thailand pada bulan Oktober, U22 Tiongkok tidak terkalahkan dengan 1 kemenangan dan 1 hasil imbang. Di turnamen persahabatan Panda Cup bulan lalu, U22 Tiongkok harus menerima kekalahan yang disayangkan dari U22 Vietnam karena kesalahan fatal di lini pertahanan.
Dua hasil yang kontras ini menggambarkan gambaran yang kompleks. Hal itu menunjukkan bahwa perbedaan kekuatan antara U22 Tiongkok dengan tim-tim muda papan atas Asia Tenggara seperti U22 Vietnam dan U22 Thailand tidak terlalu besar.
U22 Tiongkok bisa mengalahkan lawan, tetapi juga bisa kalah sepenuhnya. Hal ini mencerminkan potensi sekaligus menyingkapkan ketidakstabilan tim.
Intensitas pertandingan yang tinggi, kecepatan transisi serangan dan pertahanan yang cepat, dan terutama semangat pantang menyerah dalam kesulitan yang ditunjukkan U22 Vietnam adalah kualitas-kualitas yang perlu dipelajari dan diasah oleh U22 Tiongkok di masa mendatang. Gelar juara U22 Vietnam adalah hadiah yang pantas untuk kekuatan dan ketekunan mereka.



