Dalam beberapa waktu terakhir, Rumah Sakit Bach Mai telah menerima tiga kasus pasien muda dalam kondisi kritis setelah mengalami sakit kepala hebat. Kasus-kasus ini tidak hanya menarik perhatian karena tingkat keparahannya tetapi juga memberikan peringatan tentang penyakit laten yang bisa terjadi pada siapa saja, terutama remaja.
Tiga Kasus Kritis Terkait Diferensiasi Arteri Otak
Kasus 1: Remaja Laki-Laki Usia 15 Tahun
Seorang remaja laki-laki usia 15 tahun jatuh dalam kondisi koma mendadak setelah mengalami sakit kepala hebat. Pasien dirawat di Pusat Stroke Rumah Sakit Bach Mai dalam kondisi kritis, termasuk ventilasi dan miopi. Hasil pemindaian MSCT arteri otak menunjukkan pendarahan otak akibat pecahnya diferensiasi arteri otak. Komplikasi tersebut dengan cepat menyebabkan hidrosefalus akut, disfungsi termoregulasi, dan demam tinggi berkelanjutan. Meskipun tim medis bekerja keras untuk menyelamatkan pasien, keluarga memutuskan untuk membawa pasien pulang, di mana dia meninggal beberapa hari kemudian.
Pemindaian MSCT menunjukkan kondisi pendarahan otak akibat pecahnya diferensiasi arteri otak
Kasus 2: Pasien Usia 19 Tahun
Pasien kedua adalah seorang pemuda 19 tahun tanpa riwayat penyakit sebelumnya. Dia dibawa ke rumah sakit dalam kondisi koma mendadak, miopi mendalam dengan skor Glasgow hanya 6, paralisis total, dan harus menggunakan ventilator. Pemindaian MSCT arteri otak mengonfirmasi pendarahan otak dan edema otak akibat pecahnya diferensiasi arteri otak. Setelah operasi pengangkatan hematoma dan diferensiasi arteri otak, pasien masih dirawat intensif di Unit Rawat Jalan, meskipun prognosis pemulihan sangat terbatas.
Kasus 3: Wanita Pasien Usia 29 Tahun
Seorang wanita pasien usia 29 tahun, dengan riwayat kesehatan baik, tiba-tiba mengalami sakit kepala, mati rasa tangan, dan mual parah. Saat masuk rumah sakit, dia dalam kondisi koma mendadak, tekanan darah rendah, dan pupil kanan miopi. Pemindaian MSCT arteri otak juga menunjukkan pendarahan otak. Meskipun telah menjalani operasi dan pengobatan intensif, pasien tetap mengalami kerusakan berat. Setelah satu bulan, pasien belum sadar dan mengalami paralisis total pada sisi tubuh kiri.
Diferensiasi Arteriovenosa Otak: Mengenal Lebih Lanjut Tentang Penyakit Berbahaya Ini
Menurut Dr. Lê Tuấn Anh, ahli di Pusat Stroke Rumah Sakit Bach Mai, diferensiasi arteriovenosa otak adalah anomali perkembangan sistem pembuluh darah. Diferensiasi dapat pecah kapan saja, menyebabkan pendarahan otak, peningkatan tekanan intrakranial, epilepsi, penurunan kesadaran, dan bahkan kematian mendadak. Risiko ini biasanya terjadi pada orang muda, tanpa memandang jenis kelamin.
Biasanya, penyakit ini baru terdeteksi ketika diferensiasi pecah. Namun, kadang-kadang pasien dapat mendeteksinya lebih awal melalui pemeriksaan pencitraan secara kebetulan. Jika diferensiasi belum pecah, pasien mungkin mengalami gejala non-espesifik seperti sakit kepala, pusing, mati rasa atau lemah pada tangan dan kaki, atau epilepsi.
Setelah pecah, gejalanya bisa mulai dari ringan hingga parah, termasuk sakit kepala hebat, mual, muntah, paralisis satu sisi, kebingungan hingga koma mendadak dan kematian. Tingkat kematian saat pecah diferensiasi diperkirakan 10-15%, dan sekitar 50% pasien akan meninggalkan komplikasi jangka panjang.
Saran dari Ahli
Dr. Tuấn Anh menyarankan bahwa jika ada gejala seperti sakit kepala, pusing, mati rasa, atau paralisis, pasien harus segera melakukan pemeriksaan. Terutama jika ada gejala berat seperti gangguan kesadaran tiba-tiba, pasien harus segera pergi ke rumah sakit untuk diagnosis dan pengobatan tepat waktu.
Meningkatkan kesadaran tentang penyakit ini dan pentingnya pemeriksaan rutin sangat diperlukan, terutama bagi kelompok usia muda. Hanya dengan begitu, kita dapat mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh diferensiasi arteriovenosa otak.
Semoga artikel ini membantu pembaca memahami lebih lanjut tentang penyakit berbahaya ini dan cara mencegahnya, serta menjaga kesehatan diri dan keluarga. Selalu dengarkan tubuh Anda dan cari bantuan medis tepat waktu jika diperlukan.