Beberapa hari terakhir, frasa “Phở anh Hai” dan “nomor 10 Đan Phượng” menarik banyak perhatian dari pengguna internet di Vietnam. Demam ini berasal dari sebuah game Vietnam berjudul “Brother Hai’s Pho Restaurant” (terjemahan sementara: “Restoran Phở Kakak Hai”).
Restoran “Phở anh Hai” menerima puluhan ulasan meskipun lokasi ini tidak nyata (Foto: Thế Anh).
Seketika, restoran “Phở anh Hai di nomor 10 Đan Phượng” menjadi lokasi “populer” dan banyak dicari. Namun, ini adalah lokasi yang sepenuhnya tidak nyata.
Perlu dicatat, di aplikasi penyedia layanan transportasi online, jumlah pencarian terkait “Phở anh Hai” dan “nomor 10 Đan Phượng” melonjak drastis. Bahkan, beberapa pengguna membuat lokasi virtual “Phở anh Hai” di Google Maps agar para penggemar bisa ikut “check-in”.
Hingga malam tanggal 4 November, lokasi virtual “Phở anh Hai” di Google Maps telah menarik puluhan ulasan, disertai banyak penilaian 5 bintang dengan rata-rata skor 4,7 bintang. Tak hanya itu, komunitas online juga meninggalkan banyak komentar dan gambar terkait lokasi ini.
Beberapa gambar komentar diambil dari dalam game, sementara yang lain dibuat menggunakan AI (kecerdasan buatan). Bahkan, tidak sedikit komentar lucu yang mengulas kualitas layanan pemilik restoran meskipun lokasinya tidak nyata.
Namun, tren yang menyenangkan ini juga menimbulkan kekhawatiran karena puluhan restoran “phở anh hai”, “phở anh hải” ditambahkan ke peta. Hal ini dapat menyebabkan informasi yang salah dan kesalahpahaman bagi pengguna.
Game “Brother Hai’s Pho Restaurant” mengambil latar pedesaan Đan Phượng (Hanoi), di mana pemain berperan sebagai “anh Hai” – pemilik restoran phở di “nomor 10 Đan Phượng”.
Segala sesuatu yang tampak sederhana ternyata menyimpan detail-detail aneh, mulai dari perilaku pelanggan hingga insiden tak terduga di restoran. Salah satu faktor yang membuat game ini digemari adalah realisme hingga ke setiap detail.
Gambar yang dibuat pengguna menggunakan AI tentang restoran “Phở anh Hai” (Foto: Google Maps).
Mulai dari lantai keramik, dinding berwarna hijau pucat, meja plastik hijau, hingga botol cabai dan sumpit yang diletakkan di atas meja, semuanya mereplikasi persis citra restoran sederhana di Vietnam.
Bahkan, di dinding juga ditempel selebaran “potong dan bor beton”, iklan pinjaman cepat, atau slogan “pencegahan narkoba” – gambar-gambar yang akrab di sebagian besar jalanan Vietnam.
Pemain akan berperan sebagai pemilik restoran, melayani setiap pelanggan dengan permintaan khusus. Kisah ini secara bertahap berkembang menjadi serangkaian detail misterius, dengan berbagai akhir yang berbeda tergantung pada tindakan pemain.
