Sepak Bola ASEAN: Pelajaran dari Keruntuhan Sepak Bola Tiongkok

Bất ngờ nhận 99 triệu đồng vào tài khoản, người phụ nữ trình báo công an

Pemain asing melimpah di klub-klub sepak bola di Asia Tenggara, terutama di Tiongkok, menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan strategi ini. Apakah pemain asing akan membawa sepak bola regional ke puncak, atau itu hanya jalan pintas yang berujung pada kelemahan dan stagnasi? Artikel ini akan menganalisis pelajaran dari sepak bola Tiongkok, bersama dengan peringatan untuk klub-klub di Asia Tenggara.

Pendahuluan

Beberapa tahun terakhir, gelombang pemain asing telah menyebar ke seluruh liga sepak bola Asia Tenggara. Tiongkok, dengan jumlah pemain asing yang banyak, pernah menjadi contoh yang jelas. Namun, apakah kebijakan ini membawa keberhasilan yang berkelanjutan? Artikel berikut akan menganalisis penyebab kemunduran sepak bola Tiongkok dan menyajikan pelajaran penting bagi klub-klub di kawasan ini.

Keruntuhan Sepak Bola Tiongkok

Tiongkok pernah menjadi salah satu negara sepak bola yang menonjol di Asia, yang berpartisipasi dalam Piala Dunia 2002. Namun, kebijakan pemain asing, terutama dari Brasil, tidak menghasilkan hasil seperti yang diharapkan. Alih-alih menguat, tim nasional Tiongkok semakin melemah, tidak dapat kembali ke Piala Dunia dan kehilangan posisi terdepan di Asia.

Perbedaan yang jelas antara sepak bola Tiongkok dan Jepang adalah pelajaran yang patut direnungkan. Jepang, meskipun juga pernah mempertimbangkan pemain asing, tetapi segera menyadari kekurangan dari strategi ini. Fokus pada pelatihan pemuda, menciptakan keberlanjutan dan kontinuitas bakat, telah membantu Jepang menjadi salah satu kekuatan sepak bola Asia.

Pelajaran dari Pengalaman Vietnam

Mantan pelatih kepala Timnas U-23 dan U-20 Vietnam, Pak Hoang Anh Tuan, mengatakan bahwa pemain asing seharusnya hanya menjadi opsi sementara, digunakan secara selektif dan dengan pertimbangan. Vietnam, dengan investasi pada pelatihan pemuda, telah mencapai kesuksesan yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Sepak bola Vietnam saat ini berkembang stabil, diperkirakan akan terus berkembang secara positif, sebagian besar berkat sistem pelatihan pemuda yang efektif.

Asia Tenggara di “Tali Penggantung”

Kegilaan pemain asing juga menyebar di negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Indonesia, dan Kamboja. Namun, pelajaran dari Tiongkok muncul: penggunaan pemain asing yang berlebihan dapat merusak perkembangan berkelanjutan dari sepak bola lokal.

Mantan Wakil Ketua Teknis VFF, Pak Dương Vũ Lâm, menganalisis dengan jelas bahwa pemain asing yang tidak memiliki akar lokal, setelah beberapa waktu bermain, akan menurun performanya, bahkan membuat klub menjadi lebih lemah. Hal ini terbukti dari penurunan performa tim nasional Malaysia sejak setelah era pelatih Rajagopal.

Mempertahankan Peluang Pengembangan untuk Bakat Muda

Menyadari pelajaran ini, Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) memutuskan untuk menghentikan perekrutan pemain asing baru yang tidak berakar di Malaysia. Hal ini menunjukkan fokus pada pelatihan pemuda, membantu mengembangkan fondasi yang kuat untuk sepak bola di negara ini.

Pelatihan pemuda adalah kunci bagi klub-klub di kawasan untuk maju, menciptakan pemain-pemain hebat seperti Quang Hải, Công Phượng, Công Vinh, yang menjadi ikon dari kemajuan pemain Vietnam.

Kesimpulan

Pemain asing bukanlah solusi berkelanjutan untuk sepak bola di Asia Tenggara. Tiongkok adalah pelajaran peringatan yang jelas tentang hal ini. Fokus pada pelatihan pemuda, menciptakan keberlanjutan, dan menjaga kualitas tim adalah jalan menuju perkembangan yang berkelanjutan dan berjangka panjang. Klub-klub perlu mempertimbangkan dengan matang sebelum mengambil keputusan untuk menggunakan pemain asing, memastikan bahwa hal tersebut tidak mempengaruhi perkembangan bakat lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *