Pada 15 Februari, pimpinan Cabang Transportasi Kereta Api Da Nang yang bernaung di bawah Perusahaan Transportasi Kereta Api Kota Ho Chi Minh angkat bicara mengenai video viral yang memicu kontroversi. Dalam video tersebut, seorang wisatawan perempuan dari Jepang diduga “dibully” saat menaiki kereta.
Sebelumnya, media sosial diramaikan oleh video seorang YouTuber wisatawan asal Jepang yang sedang mencoba pengalaman naik kereta api rute Da Nang – Hue. Wisatawan wanita ini telah membeli tiket nomor 5 dengan tempat duduk dekat jendela. Namun, saat naik ke kereta, dia diminta oleh petugas untuk pindah ke kursi bagian dalam.
Wisatawan Jepang diduga dibully saat naik kereta di Da NangBeberapa video yang beredar menyebutkan bahwa wisatawan tersebut diduga “dibully” saat naik kereta (Foto: Hoài Sơn).
Dalam video, wisatawan wanita itu mencoba berkomunikasi dalam bahasa Jepang, sementara petugas menggunakan bahasa isyarat untuk menjelaskan situasi. Namun, karena tidak ada pemahaman bersama, akhirnya sang wisatawan menangis.
Banyak komentar di bawah video mengklaim bahwa wisatawan tersebut “dibully” oleh petugas kereta api, sementara beberapa lainnya menduga bahwa ini mungkin hanya salah paham.
Menurut pimpinan Cabang Transportasi Kereta Api Da Nang, insiden sebenarnya terjadi pada Maret 2024 tetapi baru-baru ini kembali diunggah oleh beberapa situs media sosial untuk “mencari sensasi”. Pihak mereka telah meminta situs-situs tersebut untuk menghapus konten tersebut.
Penjelasan resmi menyebutkan bahwa wisatawan wanita telah memesan tiket untuk tanggal 18 Maret 2024, untuk kereta SE6, jenis kursi lembut dengan rute Da Nang – Hue. Namun, dia naik kereta pada tanggal 16 Maret, sehingga petugas memintanya untuk berganti kursi, bukan tindakan “perundungan”.
Karena aksen daerah dan hambatan bahasa, kedua belah pihak tidak saling memahami maksud satu sama lain. Setelah insiden ini, pihak kereta api telah meminta seluruh staf untuk menarik pelajaran agar insiden serupa tidak terulang di masa depan.
Selain itu, semua tim kereta diwajibkan menginstal aplikasi penerjemah di ponsel mereka guna membantu komunikasi dengan penumpang asing, demi mencegah ketidaknyamanan serupa di kemudian hari.